Sabtu, 06 Januari 2018

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Geliat pembangunan yang dipicu semangat mencapai kuantitas setinggi-tigginya nyaris tidak memberi celah bagi pertimbangan lingkungan. Sebuah perencanaan dan pengambilan keputusan publik yang semata dibangun di atas kepentingan ekonomi, acap kali lalai mengakomodir aspek lingkungan. Fenomena ini menimbulkan akibat buruk, dimana lingkungan terbebani di luar daya dukungnya. Lingkungan terpaksa menampung pencemaran yang kian hari semakin berat.

Kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya alam adalah pemicu eksploitasi sumber daya alam yang boros, tidak berkeadilan serta tidak ramah lingkungan (termasuk mencemari lingkungan).

Kompleksnya permasalahan yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan semestinya sudah cukup sebagai alat pembelajaran bagi kita.  Berbagai kasus meresahkan yang ditimbulkan oleh terjadinya pencemaran lingkungan. Beberapa tempat telah mengalami krisis air bersih.  Masalahnya bukan karena tidak ada sumber air. Justru sungai   di   tempat tersebut  masih  mengalirkan airnya.  Pokok masalahnya adalah pencemaran. Air sungai tercemar. Sungai sebagai anugerah Allah kepada kita, tak berhingga nilainya. Tapi telah sengaja kita cemari. Kita mungkin tidak tahu berterima kasih. Sungai malah dijadikan tempat pembuangan sampah, buang kotoran, bangkai dan semacamnya.

Padahal, semua kita maklum bahwa air merupakan sumber kehidupan. Tahu juga kalau krisis air bersih adalah bencana besar.  Lalu kenapa kita selaku manusia masih saja tidak memelihara sumber-sumber air yang telah dianugerahkan Allah. Jika krisis air bersih melanda masyarakat yang hidup di sekitar sungai, tentunya ini adalah bencana. Di dalam Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 41, Allah telah mengingatkan: 

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Sejak dahulu kala, air dipandang sebagai sumber daya alam tak terbatas, sehingga manusia kurang peduli menjaga daya dukungnya. Sungai dijadikan tempat pembuangan akhir. Fenomena ini hampir terjadi di seluruh pelosok negeri tercinta ini.  Padahal kita adalah bangsa yang mengaku cinta tanah air.

Ataukah Ibu Pertiwi ini telah membesarkan anak-anaknya dengan belaian manja yang berlebihan, sehingga ketika dewasa  masih belum mengerti tentang bagaimana memelihara sumber air.  Sejak kecil telah terdidik dengan ketersediaan air yang seakan tanpa batas, sehingga dianggap sumber daya alam yang tidak akan pernah habis.

Mungkin sedikit di antara kita yang berpikir bahwa mungkin saja kita upayakan sungai jernih yang mengalir di tengah-tengah kota.  Justru hal tersebut banyak dipandang sebagai suatu yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Air yang mengalir dari hulu menuju muara harus melewati perjalanan yang sangat panjang.  Mustahil melakukan pengawasan pada sepanjang aliran sungai.

Hal yang tidak mungkin di benak kita ternyata terwujud di beberapa daerah. Sebagai contoh adalah Kota Kucing Malaysia, dimana air sungai di kota tersebut benar-benar terpelihara kebersihannya.  Bisa  dibayangkan  bagaimana  bahagianya warga Kota Kucing yang dapat memandang aliran sungai yang jernih, mengalir dengan riak-riak kedamaian, sekaligus dapat menikmati airnya yang sehat dan bersih.

Selain terhadap sumber air, pencemaran terjadi pula terhadap unsur kehidupan lainnya. Tanah dan udara.  Tanah dan udara, khususnya di perkotaan bernasib sama dengan air.  Mengalami pencemaran yang luar biasa.  Masalah pencemaran lingkungan sudah parah dan kompleks. Sehingga penyelesaiannya pun lebih rumit. 

Di antara alternatif yang mungkin ditempuh untuk bisa mengatasi pencemaran lingkungan di antaranya mensinergikan antara bisnis dengan pengendalian lingkungan, pencanangan gerakan nasional anti pencemaran lingkungan, Menggalakkan program pembelajaran kepada masyarakat melalui berbagai pendekatan, Alih Teknologi, dan penegakan supremasi hukum terhadap kasus-kasus pencemaran lingkungan.


Medio 2017
Tauhid Abdurrazaq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar