Pembaca yang budimana, kita bersama lagi pada sesi 2 diskusi seputar banjir kota Tolitoli. Kali ini menjadi tema kita adalah Manajemen Segmen Tengah dan Hulu sebagai
Bagian Mitigasi Banjir di Kota Cengkeh Tolitoli.
Pada kondisi vegetasi yang belum terjamah,
kejadian hujan yang deras sekalipun tidak menimbulkan perubahan yang siknifikan
terhadap volume aliran air sungai.
Bahkan pada kawasan hutan perawan (benar-benar belum pernah terusik), derasnya air hujan
tidaklah mengeruhkan air sungai.
Fenomena ini secara jelas menunjukkan bahwa curahan hujan yang sampai
dipermukaan bumi akan diserapkan ke dalam lapisan tanah. Infiltrasi masih optimal. Sehingga yang namanya aliran permukaan (run off) sangat sedikit. Hampir tidak ada. Kalau pun ada run off, durasi alirannya relatif
singkat. Hal ini karena dalam perjalananya, run off mangalami peresapan ke dalam lapisan tanah. Lalu kemudian volume alirannya kian kecil. Bahkan
tidak mencapai sungai.
Daya infiltrasi lantai hutan yang cukup tinggi adalah
kondisi yang dibentuk oleh akumulasi bahan organik. Bahan organik dari dedaunan, reranting yang jatuh, kotoran dan jasad hewan yang mati. Bahan organik yang
telah atau sedang terdekomposisi memiliki sifat hidroskofis. Sifat inilah yang sangat membantu proses
peresapan air ke lapisan tanah yang lebih dalam. Sifat hidroskopis inilah yang menghadang run off sehingga sangat sedikit yang mencapai sungai.
Ketika vegetasi atau pepohonan telah dirambah, lebih-lebih lagi jika
perambahan tersebut disertai pembakaran. Sampai hari ini, pembakaran masih dipandang masyarakat sebagai cara paling praktis dalam land clearing. Ini adalah penyebab terjadinya revolusi sistem tangkapan air. Saat terjadi hujan, butiran air langsung
menerpa permukaan tanah. Terpaan langsung butir hujan mengakibatkan rusaknya
struktur lapisan tanah permukaan. Struktur tanah mengalami degradasi menjadi partikel lepas dan lebih halus.
Hasil penghancuran agregat tanah kemudian menutupi pori pori tanah pada lapisan
permukaan (top soil).
Penutupan pori-pori tanah permukaan memperkecil volume bahkan menghilangkan infiltrasi. Hal
demikianlah yang menyebabkan tingginya run off. Jika run off tersebut diasumsikan
bermulah dari punggung bukit maka dalam perjalanannya, volumenya akan semakin
besar dan semuanya bermuara ke sungai.
Adapun langkah-langkah konkrit yang dapat dilakukan
pada segmen tengah dan hulu, meliputi upaya mitigasi struktural, non struktural
dan peran serta masyarakat, di antaranya adalah:
- Pemberantasan illegal logging. Upaya pemberantasan pembalakan liar hanya akan efektif jika dilakukan secara terpadu, dengan melibatkan secara proaktif tiga pilar pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyrakat.
- Rehabilitasi hutan dan lahan pada segmen hulu dan tengah. Kegiatan ini telah digalakkan melalui berbagai bentuk dan nama kegiatan. Penghijauan, reboisasi, GNRHL, gerakan sejuta pohon, 1 orang 1 pohon, sampai gerakan menanam satu milyar pohon. Kegiatan-kegiatan ini akan bisa menjadi bermanfaat bila masyarakat mengikutinya secara swadaya dan mandiri.
- Memfasilitasi masyarakat pada segmen tengah agar melakukan tindakan konservasi tanah dan air dalam praktek budidya tanamannya.
- Pembinaan kelompok-kelompok tani hutan di sepanjang kawasan hulu dan tengah. Hal ini penting guna menjaga kesinambungan penutupan lahan pada kawasan tersebut.
- Peningkatan wawasan masyarakat tengah dan hulu akan pentingnya upaya konservasi tanah dan air, guna menjaga stabilitas produktivitas lahan.
Sedangkan pada bagian hilir mash perlu dilakukan
hal-hal berikut:
- Pembebasan sempadan sungai. Ini cukup sulit dilakukan. Pemukiman sudah mengakar di sana. Perlu pendekatan secara hati-hati untuk menhindari konflik kepentingan.
- Normalisasi sungai melalui pengerukan pada bagian hilir, utamanya sekitar muara. Sedimentasi pada bagian hilir cukup tinggi sehingga amat berpengaruh terhadap pengurangan debit aliran sungai.
- Penanaman tanaman penguat talud. Tanaman di tempatkan pada bagian sisi dalam yang masih merupakan sempadan sungai.
- Pembangunan talud atau tanggul/tembok penahan di sepanjang sungai pada daerah hilir.
- Perencanaan dan penyiapan SOP untuk kegiatan tanggap darurat manakala terjadi bencana banjir.
- Menambah wawasan masyarakat seputar antisipasi dan minimasi resiko banjir.
Demikian, kita akhiri sidang pembaca yang budiman. Semoga bermanfaat.
Medio Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar